Waktu-mu

Terjemahkan or Translate

13 TIPS MENULIS CERPEN

Written By Pendekatan islam on Sunday, October 20, 2013 | 12:22 PM

Baiklah sahabat Blogger Pendekatan Islam kali saya akan membagikan tips menulis Cerpen
dimana menulis cerpen merupakn salah satu hal yang perlu kita kembangkan. karena cerpen juga merupakan bahan yang sering dibaca di tempat2 strategis, seperti di mading, majalah, dll.
baiklh langsung saja langkah2nya :

1. Menangkap ide

Langkah awal agar bisa menulis sebuah cerita adalah memiliki ide cerita. Ide cerita tidak harus yang rumit-rumit. Kejadian sehari-hari yang dilihat atau dialami bisa menjadi ide cerita. Ide ini dapat juga dijadikan judul cerita. Misalnya melihat seorang gadis sedang menyapu halaman. Itu bisa menjadi ide cerita sekaligus dapat dijadikan judul, “Gadis Penyapu Halaman”. Kalau judulnya dirasa kurang pas, bisa diganti dengan judul yang lain.



2. Menulis dengan gaya bahasa sendiri

Langkah selanjutnya adalah menuliskannya dengan gaya bahasa sendiri. Orang yang bisa baca tulis tentu bisa melakukannya. Ini yang kadang enggan dilakukan oleh pemula. Rasa pesimis sudah menghantui padahal belum mencoba. Bagaimana akan bisa jika mencoba pun tak dilakukan? Menulis dengan gaya bahasa sendiri berarti menulis dengan gaya yang biasa dilakukan. Berarti pula menulis sebisanya, ya sebisanya saja. Tak perlu dipaksakan dengan gaya bahasa yang mendayu ala Khahlil Gibran misalnya. Kalau bisanya cuma sepanjang 2000 karakter, itu bagus. Itu adalah proses menuju ke cerpen sepanjang 7000 karakter atau lebih. Kalau suka menulis narasi saja, itu bagus. Kalau menulis banyak dialognya, itu juga bagus. Semua bagus, yang penting menghasilkan tulisan.

3. Membuat paragraf pembuka

Tulisan yang digores pertama kali adalah paragraf pembuka. Membuat paragraf pembuka juga tidak perlu rumit-rumit. Namun demikian, yang perlu diperhatikan bahwa bagian ini adalah bagian yang penting sebagaimana judul cerpen. Ada yang mengibaratkan bagian ini seperti manekin (patung pajangan) yang dipasang di etalase sebuah toko. Hal itu berarti harus menarik, agar pembaca terpancing untuk terus membacanya.

4. Memunculkan Masalah Yang Harus Diselesaikan Oleh Karakter

Pembukaan ini favorit para penulis. Pembaca (dan manusia umumnya) tertarik pada masalah – khususnya yang terjadi pada orang lain.
Mari kita lihat contohnya pada cerpen The Gift Of The Magi (1906) karya O. Henry.
Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen. Cuma itu. Bahkan, enam puluh sen dari jumlah itu terdiri dari uang receh bernilai satu sen-an, hasil simpanannya selama ini—yang didapatnya dengan cara mendesak tukang sayur, tukang daging dan penjaga toko kelontong agar sudi menjual dagangan mereka kepadanya dengan harga termurah. Proses tawar-menawar itu tidak jarang membuatnya malu, hingga pipinya memerah, sebagaimana semua orang pasti merasakan hal yang sama jika mereka ada di posisinya. Tiga kali sudah Della mempermalukan diri. Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen. Lebih sial lagi, besok adalah Hari Natal.
Contoh pembukaan diatas lansung mengetengahkan pokok persoalan yang harus diselesaikan oleh karakter (Della) :
Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen. Cuma itu…
…… besok adalah Hari Natal.
Emosi pembaca terhubung dengan cerita karena mengangkat masalah yang familar. Di Indonesia, sebagian besar kita mengalaminya –minimal- sekali setahun (cukup mengganti Natal dengan Lebaran).
Untuk menonjolkan masalah, O. Henry mendramatisir latar belakang karakter yang hidup pas-pas-an.
Lewat detail; Uang receh. Mendesak pedagang untuk memberikan harga termurah. …membuatnya  malu hingga pipinya merah…. O. Henry menunjukkan beban hidup keseharian karakternya. Informasi ini dengan sendirinya meningkatkan intensitas masalah.



5. Memulai Dengan Aksi

Jenis pembukaan ini lansung melompat ke tengah cerita. Tanpa latar belakang.
Sebuah insiden memotong semua latar belakang yang bertele-tele (biasanya hadir dalam draft awal)…tepat saat aksi karakter mengambil alih cerita.
Contohnya cerpen The Man Who Shouted Teresa karya penulis Italia, Italo Calvino.
Aku menjauh dari trotoar, berjalan mundur beberapa langkah dengan wajah tengadah, lalu dari tengah jalan, seraya mengatupkan kedua tangan agar membentuk corong di sekitar mulut, aku berteriak sekeras-kerasnya: “Teresa!”
Teknik membuka cerpen dengan aksi mengacu ketat pada prinsip show don’t tell (tunjukkan, jangan katakan).
Lihat bagaimana Italo Calvino menunjukkan aksi tokoh ‘Aku’ lewat rincian; Menjauh, berjalan mundur, wajah tengadah, mengatupkan tangan…
Menunjukkan membuat adegan lebih hidup. ketimbang hanya mengatakan ‘aku berdiri di trotoar dan berteriak memanggil Teresa’.



6. Merangkai alur dan plot

Langkah selanjutnya adalah melanjutkan paragraf pembuka yang sudah ditulis. Merangkai kejadian demi kejadian. Dialog demi dialog. Narasi demi narasi. Alur dan plot akan terbentuk dengan sendirinya. Tuliskan saja apa yang ada di kepala dengan cara Anda sendiri, maka menulis pun menjadi lancar. Jika hanya berupa narasi dan deskripsi saja, itu bagus. Jika banyak dialognya juga bagus. Semua sah-sah saja. Jika baru mampu 2000 karakter, itu bagus. Harus dicoba menulis, menulis, dan menulis lagi. Lambat laun akan bisa mencapai 7000 karakter atau lebih.

7. Memberikan Garis Besar Cerita

Pembaca bisa mengidentifikasi garis besar cerita hanya dengan membaca paragraf pertama.
Namun hati-hati menggunakan jenis pembukaaan ini. Menampilkan seluruh garis besar cerita sama saja menyuruh pembaca Anda pergi. Karena itu, jenis pembukaan ini sengaja menahan informasi penting mengenai motif karakter (alasan mengapa kisah terjadi).
Contohnya cerpen Pesta Makan Malam (1973) karya Roald Dahl, seorang penulis dan penyair asal Inggris.
Begitu George Cleaver resmi menjadi seorang jutawan, dia dan istrinya, Mrs. Cleaver, pindah dari rumah kecil mereka di pinggiran kota ke sebuah rumah mewah di tengah kota London. Pasangan itu kemudian menyewa jasa seorang koki asal Prancis, Monsieur Estragon, dan seorang pelayan berkebangsaan Inggris, Tibbs—dengan tuntutan gaji yang sangat besar. Dibantu oleh kedua orang tersebut, pasangan Mr. dan Mrs. Cleaver pun berniat menaikkan status sosial mereka dan mulai mengadakan pesta makan malam yang luar biasa mewah sebanyak beberapa kali seminggu.
Pembaca bisa mengetahui, kalau cerpen ini berkisah tentang rencana pasangan Cleaver untuk meningkatkan status sosial mereka.
Dikatakan garis besar, juga, karena telah memperkenalkan karakter, yang terdiri dari Mr & Mrs. Cleaver, koki Estragon, dan pelayan Tibbs. Mengandung benih konflik antara pasangan Cleaver Vs. Koki & pelayan yang menuntut gaji besar…serta latar di rumah mewah kediaman pasangan Cleaver.
Yang tersisa hanya alasan; kenapa ?
Kenapa untuk meningkatkan status sosial, pasangan Cleaver mesti menggelar pesta-pesta makan malam yang mewah …sampai rela menggaji mahal seorang koki asal Perancis ?
Roald Dahl  sengaja menahan informasi tersebut sebagai trik menarik orang membaca.

8. Mengisyaratkan Bahaya (Ketegangan)

Pembukaan ini memberi pertanda kepada pembaca tentang bahaya yang menghampiri karakter – Manusia menyukai ketegangan, sebenarnya.
Contohnya bisa dilihat pada cerpen The Interlopers (1919) karya Saki (nama pena dari Hector Hugh Munro), seorang penulis asal Inggris
Di tengah rimbunnya pepohonan dalam sebuah hutan lebat di belah timur tebing Pegunungan Carpathian, seorang pria berdiri tegap mengawasi sekelilingnya. Saat itu musim dingin, dan ia tampak seolah sedang menunggu monster hutan datang menghampirinya, dalam jangkauan pandangannya, agar kemudian dapat ia bidik dengan senapan berburunya.
Saki mengirim pertanda bahaya melalui :
- Karakterisasi ; ….berdiri tegap mengawasi sekelilingnya…dan ..tampak seolah menunggu monster hutan.
- Latar ; …Pegunungan, tebing, hutan lebat, musim dingin, dan…
- Peralatan untuk membunuh berupa…. senapan berburu.

9. Menampilkan Lokasi Cerita

Membuka dengan tempat kejadian hanya jika tempat tersebut berperan besar dalam cerita.


10. Membuat paragraf penutup

Paragraf penutup juga hal yang sangat penting. Bagaimana sebuah cerita menjadi lengkap dipengaruhi oleh bagian ini. Jika bagian yang disebut ending ini bagus, maka cerpen pun bisa terdongkrak menjadi cerpen yang bagus. Bagian ini dapat ditulis dengan ending tertutup, ending terbuka, dan ending mengejutkan.

11. Mengendapkan tulisan

Setelah cerpen selesai ditulis, dapat diendapkan terlebih dulu. Waktunya bisa singkat, bisa lama. Tergantung penulisnya. Pengendapan ini bertujuan untuk memberi jeda sebelum diedit.

12. Mengedit tulisan

Cerpen yang telah diendapkan kemudian dibaca lagi. Hal itu untuk mengetahui kesalahan tanda baca, EYD, logika cerita, dan sebagainya. Lakukan pengeditan secukupnya. Setelah itu berarti tulisan siap disajikan.

13. Menulis lagi, belajar lagi, menulis lagi, demikian seterusnya

Setelah menulis satu cerpen, jangan cepat puas. Setelah ada yang menganggap cerpennya bagus, jangan cepat puas. Setelah cerpennya dimuat di media cetak, jangan cepat puas. Demikian seterusnya. Menulis lagi, belajar lagi, dan menulis lagi.

Sumber :
 http://indonovel.com/cara-menulis-pembukaan-cerpen/
http://bahasa.kompasiana.com/2013/02/13/delapan-langkah-menulis-cerpen-untuk-pemula-533368.html

0 comments:

Post a Comment

silahkan Ketik Pesannya!!!

berikan pesan yang konsukrif

TESTING

BACA TERKINI

Backline Indonesia

Automatic Backlink Indonesia Web Group
 
berita unik